Mengenal Unsur Intrinsik Novel
Sebagai seorang pembaca
novel, boleh jadi Anda menikmati keseluruhan cerita yang disajikan
tanpa perlu membedah unsur-unsur yang dilekatkan penulis dalam novel tersebut.
Namun, bagi mereka yang memahami bahasa juga teknik penulisan novel, ada banyak
“rambu-rambu” yang patut diperhatikan saat menikmati atau membedah sebuah
novel. Salah satu yang penting adalah unsur intrinsik novel. Unsur
ini melingkupi beberapa hal yang penting untuk diperhatikan seorang penulis
novel. Sebab jika unsur tersebut dikemas dengan baik, maka pembaca akan larut
dalam cerita tanpa merasakan sebuah kejanggalan. Seorang penulis novel yang
sukses sudah pasti memahami hal tersebut. Jika Anda seorang penulis pemula dan
belum mengetahui apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik, pembahasan berikut
tentu akan sangat membantu Anda. Silahkan simak uraiannya.
Secara sederhana, apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah
hal-hal yang keberadaanya wajib di dalam sebuah novel. Jika ekstrinsik lebih
kepada opsional, maka unsur intrinsik novel tak boleh luput jika tidak maka
tulisan tersebut tak layak disebut novel. Unsur intrinsik ini mencakup beberapa
hal. Semua hal tersebut kemudian akan membentuk kesatuan cerita yang utuh. Apa
saja hal yang dimaksud?
Pertama:
Tema Cerita
Tema dalam sebuah cerita merupakan hal yang fundamental.
Keberadaanya tentu wajib. Adalah hal yang mustahil jika tak ada tema khusus
dalam cerita termasuk dalam bentuk novel. Dengan adanya tema cerita yang jelas,
maka penulis akan terhindari dari unsur-unsur yang tak perlu. Hal ini yang
menjadikan tema cerita sering disebut kompas cerita, sebab ia akan menentukan
ke mana arah cerita tersebut. Ada beragam tema yang bisa dipilih jika hendak
menulis novel, misalnya saja tema percintaan, keluarga, pendidikan dan
lain-lain. Uniknya, dalam sebuah cerita dimungkinkan terdapat percampuran tema.
Misalnya saja kisah cinta berbalut unsur pendidikan. Meski demikian, penulis
yang baik pasti akan menentukan tema utama ceritanya.
Dengan demikian, ia akan
fokus pada hal tersebut.
Kedua: Penokohan.
Hal lain yang tercakup dalam unsur intrinsik novel adalah
tokoh. Keberadaan tokoh dalam sebuah cerita sangat penting. Dalam cerita
monolog sekalipun, keberadaan tokoh adalah mutlak. Penulis yang baik mampu
menghidupkan cerita melalui watak dan karakter tokohnya. Bahkan tak jarang,
tema yang diangkat klise namun penokohan yang cerdas mampu meniup kesegaran
dalam novel. Karena itu, keterampilan mengolah tokoh mutlak dimiliki mereka
yang disebut penulis.
Dalam menggambarkan karakter atau watak seorang tokoh, penulis
bisa menuliskannya langsung atau “menitipnya” dalam dialog sang tokoh tersebut.
Penjelasan langsung bisa berupa gambaran fisiknya, lingkungan kehidupannya,
cara ia berkomunikasi, cara berjalan, pola pikir dan masih banyak lagi lainnya.
Sementara itu, jika penulis memilih gambaran melalui dialog, maka ia harus
menentukan gaya yang ia pilih: dialog atau monolog. Monolog sendiri adalah
percakapan yang dilakukan satu orang. Biasanya ia berupa pertentangan batin,
perkataan benak atau bahasa hati. Sementara itu dialog merupakan pembicaraan
dua atau lebih tokoh dalam cerita. Umumnya, dialog ditandai dengan tanda
petikan (“ ).
Ketiga: Sudut Pandang atau Point of View
Unsur intrinsik novel yang satu ini juga tak kalah pentingnya.
Dengan sudut pandang yang jelas, penulis juga bisa membuat ceritanya tak biasa
dan menarik untuk disimak. Ada beragam gaya penulisan sudut pandang, antara
lain:
Narator yang serba tahu. Ini merupakan gaya penulisan dimana
seseorang seolah bercerita pada pembaca. Ia mengetahui segala sesuatu dalam
novel tersebut bahkan bisa mengomentarinya satu per satu. Tak jarang juga,
dengan gaya ini, penulis bisa berkomunikasi secara langsung dengan pembacanya.
Sebab gaya ini memungkinkan cara bercerita yang lebih lentur.
1.
Narator yang cenderung objektif. Pada gaya yang satu ini, penulis
tidak mengomentari hal-hal di dalam novel. Dengan demikian, pembaca novel hanya
disuguhi hasil padangan mata sehingga mereka akan merasa sedang menyaksikan
sebuah pementasan drama.
2.
Narator yang aktif. Gaya yang satu ini biasanya menggunakan aktor
yang terlibat dalam sebuah cerita. Biasanya yang dipilih adalah sang tokoh
sentral. Gaya yang satu ini terlihat jelas dari penggunaan kata gantu “aku”
juga “kamu”.
3.
Narator yang bertindak sebagai peninjau. Gaya yang satu ini
menggunakan satu tokoh dalam cerita untuk mengemukakan semua hal yang terjadi
dalam sebuah kisah. Ia bisa bercerita apapun, termasuk perasaan dan juga
pendapatnya sendiri terhadap sesuatu. Sedangkan tokoh lainnya hanya membekali pembaca
dengan apa yang mereka lihat, bukan apa yang mereka rasa.
Keempat:
Alur Cerita.
Alur menempati poisis yang penting dalam sebuah cerita. Tanpa alur
maka bisa dipastikan sebuah kisah akan gagal merunut waktu. Pembaca tentu akan
gagal menyukai novel. Sebab alur yang berantakan akan membuat kisa susah
memahami sebuah cerita. Ada banyak jenis alur, bisa berupa alur mundur, alur ke
depan atau alur zig-zag atau alur maju-mundur.
Kelima: Latar Cerita.
Latar juga merupakan salah satu hal yang tak boleh luput dari
penulisan novel. Dengan latar cerita yang baik, pembaca akan mudah dibuat jatuh
hati pada novel. Latar merupakan tempat dimana sebuah potongan cerita
berlangsung. Ia bisa dijelaskan secara langsung ataukan melalui dialog para
tokohnya.
Keenam: Amanat Dalam Novel
Unsur intrinsik novel lainnya adalah amanat. Ia mencakup pesan
yang disampaikan novel tersebut. Sebagai sebuah karya yang baik, novel harus
bisa merubah sudut pandang pembacanya menjadi lebih positif. Pesan tersebut
bisa disampaikan secara langsung atapun tersirat dari apa yang dialami para
tokoh dalam kisah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar