Tugas
Multimedia Pembelajran
“
Tafsir QS Al Baqarah Ayat 177 ”
Dosen
pembimbing : Zul Afdal, S. Pd
Sutriningsih
11
62 11 050
PENDIDIKAN
BAHASA INDONESIA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2013
TAFSIR QS. AL-BAQARAH AYAT 177
TENTANG KEBAIKAN
Kebaikan
bukan hanya sekadar menghadap wajah kearah
kiblat saja, kebaikan lebih dari itu. Kebaikan berkaitan dengan keimanan
di dalam hati juga berkaitan dengan amal perbuatan kita. Kebaikan bukan hanya
berkaitan dengan ibadah, sholat, zakat, Kemudian berkaitan dengan akhlak. akan
tetapi menginfakkan harta kemudian berkaitan dengan akhlak Seperti menempati janji dan sabar . jadi
kebaikan maknanya lebih luas, kebaikan
yang makna yang lebih luas artinya menyeluruh di dalam al-quran yang
disebut Al-bir. Maka didalam ayat ini
menjelaskan tentang perpindahan kiblat dari baitul bakdis dipalestina masjidil haram kabbah di makkah.
Sebenarnya
kebaikan itu bukan sekedar perpindahan kiblat saja, kebaikan lebih menyeluruh
ke akidah, ibadah, akhlak dan menginfakkan harta. Jadi ayat ini adalah lanjutan
dari ayat sebelumnya untuk penyempurnakan pemahaman kita tentang kebaikan.
Supaya kita tidak memahami kebaikan hanya sebatas perpindahan kiblat saja. Allah
swt berfirman
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ
وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآَتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ
ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ
وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُتَّقُونَ (177)
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Jadi ayat ini
menjelaskan tentang kebaikan yang
maknanya sangat luas meliputi akidah, ibadah, akhlak dan keimanan. Ayat di atas
dapat juga bermakna: Bukannya menghadapkan wajah kearah timur dan barat yang
merupakan semua kebajikan, atau bukannya semua kebajikan merupaka sikap
menghadapkan wajah ke timur dan barat. Menghadap ke timur atau ke barat, bukan
sesuatu yang sulit, atau membutuhkan perjuangan, tetapi ada tuntutan lain yang
membutuhkan perjuangan dan di sanalah kebajikan sejati ditemukan.
Tafsir lebih
panjang penjelasannya bukan dari sekedar penerjemahan, tujuan tafsir supaya
kita lebih dekat lagi dengan isi kandungan ayat. Agar memudahkan kita untuk
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga betul-betul al-quran sebagai
petunjuk. Karena apabila kita tidak memahami isi kandungan al-quran, bagaimana
mau menjadikan al-quran sebagai petunjuk, nantik hanya sekadar dibaca saja.
Kita tidak ingin al-quran untuk
dibaca saja akan tetapi bisa untuk
dijadikan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Ayat ini dimulai dengan
penafsiat penolakan tidaklah kebaikan itu penafikan artinya mungkin ada yang
menyakini bahwasanya kebaikan itu bukan hanya sebatas perbalikan kiblat saja.
Dari kalangan
orang Yahudi dan Nasrani ketika perintah perpindahan kiblat itu diturunkan
kepada Rasulullah supaya berpindah dari baitul makdis ke kabbah di makkah,
mereka tidak mau berpindah mereka tetap saja menghadap ke Baitul makdis sampai
hari ini mereka menghadap ke Baitul Makdis. Pada hal di dalam kitab suci mereka
telah disebutkan bahwasanya Nabi yang terakhir itu memiliki dua kiblat yaitu
Baitul Makdis dan Kabbah mereka tahu kebenaran ini tapi mereka tidak mau mengikutinya karena
kedengkian yang ada di dalam hatinya.dan seakan-akan itulah penentu kebenaran,
maka mereka sibuk sendiri dengan isu kiblat perpindahan kiblat. Seakan – akan
itulah satu-satunya kebenaran pada hal masih ada lagi yang di sebut.
Kebaikan yang
sebenarnya adalah kebaikan yang ada beban di dalamnya karena disitulah
pembuktian ke imanannya itulah yang membuktikan siapa yang jujur dan siapa
yang bertakwa dan siapa yang tidak. Jadi
kata albir di dalam ayat ini memiliki arti yang luas bukan sempit dan bukan
hanya sekadar menghadapkan wajah kearah barat dan timur itu tidak. Didalam
tafsir albir dikatakan sebagai bentuk seluruh kebaikan. Kalau kita pindah albir
menjadi albaru yang artinya daratan. Imam arrozik mengatakan didalam kamusnya
mengatakan daratan dikatakan daratan karena ia meluas dan ditepi-tepinya
dikelilingi oleh laut dan lain-lain. Dikatakan albir karena kebaikannya
diliputi keimanan,ibadah,akhlak. Makna albir yaitu meluaskan dalam berbuat
baik.
Kata al-quran
memiliki makna yang luas maka apabila diterjemahkan dengan kebaikan maka belum
ada apa-apanya tapi apabila diterangkan dengan tafsir barulah tampak bahwa
makna albir yaitu makna yang meluas dalam berbuat kebaikan dan tetapi sebenarnya kebaikan itu
ialah kebaikan yang dilakukan oleh orang beriman kepada allah dan hari akhirat.
Penambahan kata itu disebut dengan tafsir maka ayat ini berbunyi akan tetapi kebaikan
itu ialah kebaikan yang dilakukan oleh orang yang beriman kepada allah, apa
yang dibuat oleh orang yang beriman maka itu bukan dikatan kebaikan.
Kebaikan ialah
apa-apa saja yang dilakukan bukan karena kemauan sendiri melainkan karena allah
akan tetapi kebaikan itu ialah kebaikan yang dilakukan oleh orang yang beriman
yang berkaitan dengan apa-apa yang tak mampu dicapai oleh panca indra. Beriman
kepada Nabi tidak mampu dicapai oleh indra maka disebut dengan beriman kepada
para nabi. Keimanan hanya ada didalam hati dan mesti dibuktikan dengan
perbuatan.
Percaya kepada
allah, beriman kepada allah maka mesti apa yang diperintahkan oleh allah ikuti,
lakukan apa yang allah perintahkan termasuk keluarkan harta mu walaupun itu
harta yang kamu sukai. Kebaikan itu bukan hanya sekedar beriman kepada allah,
tidak.tapi membuktikan keimanan itu dengan menjalani beban diantara beban
adalah mengeluarkan harta yang ia cintai.
Maksud dari
mengeluarkan harta disini ialah harta yang telah ia miliki baru ia mengeluarkannya kalau belum
memiliki namun ia telah mengeluarkannya itu tak ada beban apalagi itu bukan
harta yang ia miliki yaitu harta rakyat yang ia milikinya kemudian ia
kembalikannya ke rakyat itu g ada beban. Yang di katakanya ada beban yaitu harta yang dapat dari gaji
kita sendiri itu baru harta kita sendiri dan kita keluarkan untuk rakyat itu
baru yang dikatakan beban.yang ia keluarkan itu hanya untuk allah maka itu
adalah kebaikan.
Kepada
siapa harta itu diberikan yaitu kepada
kerabat, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil yaitu orang dalam perjalanan,orang
yang meminta-minta dan hamba saja. Kebaikan itu bukan hanya saja beriman
kepada allah akan tetapi beribadah dan
mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat( harta yang wajib dikeluarkan).
Analisi Tafsir Ayat 177
Dalam surat
al-baqarah ayat 177 adalah ketika Allah
memerintahkan kepada orang mukmin pada awalnya untuk menghadap ke Baitul
Maqdish kemudian Allah memindahnya ke arah Ka’bah, sehingga hal ini memberatkan
hati atau jiwa satu kelompok ahli kitab dan sebagian muslimin. Maka Allah
menurunkan ayat ini dengan menjelaskan hikmah dari semua itu adalah bahwa yang
dimaksud dengan kebajikan adalah apa yang disyari’atkan oleh Allah swt. yakni
kebajikan, ketakwaan dan iman yang sempurna. Kebajikan bukanlah hanya
penghadapan ke timur ataupun kebarat. Dan tidak ada ketaatan jika tidak ada
perintah Allah dan syari’atNya.
Lalu apakah yang dimaksud dengan kebajikan yang terkandung
dalam QS. Al- Baqarah ayat 177? Dibawah ini akan dibahas apa saja yang dimaksud
dengan kebajikan yang terkandung dalam Qs. Al Baqarah ayat 177.
Adapun kebajikan yang
pertama adalah iman. Yakni orang yang beriman kepada Allah, iman kepada
hari akhir, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab dan iman kepada Nabi.
seseorang yang tersifati dengan ayat ini maka ia masuk pada kejelasan Islam,
dan ia juga mengambil kumpulan-kumpulan kebaikan. Yakni ia beriman kepada Allah
dengan meyakini bahwa tiada tuhan selain Dia, membenarkan adanya malaikat yang
menjadi pelayan Allah dan RasulNya.
Kebajikan yang kedua adalah beramal dengan harta yang
dicintai. Dikarenakan, mayoritas manusia ketika memberikan sesuatu pada orang
lain itu setelah ia merasa tidak suka pada sesuatu itu. Oleh karena itu, Allah
memberikan penghargaan bagi orang yang beramal dengan harta yang ia cintai
dengan mengkategorikan sebagai pelaku kebajikan. Dalam firman Allah yang lain
diterangkan bahwa kita tidak akan memperoleh kebajikan sehingga kita
menafkahkan barang yang kita cintai. Yakni QS. Ali Imran 120
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ
حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ
اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sehingga kamu
menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai.”
Pada kebajikan kedua, terdapat objek penerima
harta. Diantaranya adalah sebagai berikut : Allah mendahulukan karib kerabat
yang harus diberikan bantuan. Karena seseorang yang memberikan bantuan kepada
karib kerabatnya itu lebih baik dibandingkan dengan orang yang memberikan
shadaqah pada orang lain. Sabda nabi SAW yang artinya :
shadaqah terhadap orang miskin itu hanya
mendapat pahala shadaqah, sedangkan terhadap kerabat mendapat dua pahala yakni
shadaqah dan silaturrahim. Mereka adalah seutama-utamanya manusia atasmu,
bekahmu dan pemberianmu.
Objek selanjutnya adalah anak yatim. Yatim
adalah orang yang mempunyai seseorang yang menanggungnya, yakni ayahnya
meninggal ketika masih kecil dan ia belum bisa bekerja untuk memenuhi
kebutuhannya. Sehingga orang seperti juga memerlukan belas kasihan dari orang
yang mampu. Selanjutnya adalah orang-orang miskin, ibnu sabil, orang-orang yang
meminta-minta. Perlu diingat ketika ada orang yang meminta-minta kepada maka
jangan sampai kita membentaknya, hal ini bertentangan yag telah difirmankan
Allah SWT dalam QS. Ad Duha ayat 10 :
وَأَمَّا
السَّائِلَ فَلَا تَنْهَر
“Dan adapun orang yang meminta maka janganlah kamu
membentaknya.”
Kebajikan yang ketiga adalah mendirikan
shalat dan menunaikan zakat. Allah mengategorikan mendirikan shalat sebagai
sebuah kebajikan dengan syarat shalat tersebut dilakukan dengan sempurna. Baik
waktu pelaksanaannya maupun gerakannya. Sedangkan menunaikan zakat dalam tafsir
ibnu katsir dimaknai dengan dua makna. Makna yang pertama adalah bahwa yang
dimaksud dengan zakat adalah membersihkan jiwa dan pemurniannya dari akhlak
yang hina. Dan makna yang kedua, bahwa yang dimaksud dengan zakat adalah zakat
mal.
Kebajikan yang keempat adalah menepati janji.
Ini merupakan kebalikan dari sifat – sifat orang munafik. Dalam hadis
diterangkan sebagai berikut :
آيَةُ الْمُنَافِقِ
ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا ائْتُمِنَ
خَانَ(رواه الترمذي)
Kebajikan yang kelima adalah sabar dalam keadaan yang
sempit dan sengsara. Yakni hidup dalam keadaan fakir dan sakit. Seringkali kita
jumpai seseorang yang mendapatkan penderitaan yang kecil ia langsung mengeluh,
dan putus asa pada Allah. Ia lupa bahwa penderitaan yang menimpa dia hanyalah
ujian belaka. Ketika kita bersabar atas penderitaan yang kita hadapi maka kita
akan termasuk golongan orang melakukan kebajikan yang sejati.
kesimpulannya
Allah menutup ayat di atas dengan mengkhabarkan bahwa
kebajikan yang yang telah diuraikan diatas merupakan sifat-sifat orang yang
membenarkan iman mereka, bahwasanya mereka itu mengimani dengan hati, perbuatan
dan ucapan. Yakni mereka adalah orang –orang yang bertaqwa. Dimana mereka takut
dari melakukan-lakuan hal-hal yang haram dan mereka itu melakukan ketaatan pada
Allah dengan mengerjakan kebajikan-kebajikan yang telah tersebut dalam ayat di
atas.s
Pelajaran yang dapat diambil adalah : bahwa yang dimaksud
dengan kebajikan bukanlah hanya menghadapkan wajah kita ke arah yang
diperintahkan namun yang terpenting kita adalah meyakini dan mengamalkan apa
yang diperintahkan dengan keimanan dan ketaqwaan. Cirri-ciri orang yang
bertaqwa aalah mereka itu beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, nabi dan
kitabNya. Memberikan harta yang dicintainya, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, menepati janji dan bersabar dalam keadaan yang sempit dan sengsara.
Bersabar dalam menjalankan perintah Allah serta bersabar atas cobaan yang
diberikan Allah merupakan suatu perbuatan yang sangat mulia.
Agama Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan akhlak
umatnya, karena kesabaran dalam menjalankan perintah Allah merupakan suatu akhlak
yang diajarkan dalam Islam.Menempati janji merupakan perkara yang tidak mudah
untuk dilakukan. Namun seseorang yang menepati janjinya ia akan mendapatkan
kebaikan dari Allah.
Dalam ayat 177 surat al-Baqarah ini Allah memuji kaum muslim
yang bersikap jujur dalam semua perbuatan dan ucapan. Setelah perintah Allah
terlaksana dengan baik dan benar tentang semua perbuatan mengenai kebaikan
tersebut, maka seseorang telah mencapai derajat taqwa yang sempurna.
Do’a penutup
رَبَّنَا إِنَّنَا
سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا
رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا
مَعَ الْأَبْرَارِ .رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا
تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
maaf mau nambahin resensi aja nih kajian tafsir alquran surah albaqarah aya ke 1 dari kitab tafsir al munir karya syeh nawawi al jawi
BalasHapus