Rabu, 05 Februari 2014

Analisis Tafsir QS Al Baqarah Ayat 177




















Tugas Multimedia Pembelajran
“ Tafsir QS Al Baqarah Ayat 177 ”
Dosen pembimbing : Zul Afdal, S. Pd


Sutriningsih
11 62 11 050

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2013



 TAFSIR QS. AL-BAQARAH AYAT 177

TENTANG KEBAIKAN

Kebaikan bukan hanya sekadar menghadap wajah kearah  kiblat saja, kebaikan lebih dari itu. Kebaikan berkaitan dengan keimanan di dalam hati juga berkaitan dengan amal perbuatan kita. Kebaikan bukan hanya berkaitan dengan ibadah, sholat, zakat, Kemudian berkaitan dengan akhlak. akan tetapi menginfakkan harta kemudian berkaitan dengan akhlak  Seperti menempati janji dan sabar . jadi kebaikan maknanya lebih  luas, kebaikan yang makna yang lebih luas artinya menyeluruh di dalam al-quran yang disebut  Al-bir. Maka didalam ayat ini menjelaskan tentang perpindahan kiblat dari baitul bakdis dipalestina  masjidil haram kabbah di makkah.
Sebenarnya kebaikan itu bukan sekedar perpindahan kiblat saja, kebaikan lebih menyeluruh ke akidah, ibadah, akhlak dan menginfakkan harta. Jadi ayat ini adalah lanjutan dari ayat sebelumnya untuk penyempurnakan pemahaman kita tentang kebaikan. Supaya kita tidak memahami kebaikan hanya sebatas perpindahan kiblat saja. Allah swt berfirman
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآَتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (177)
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
            Jadi ayat ini menjelaskan tentang kebaikan  yang maknanya sangat luas meliputi akidah, ibadah, akhlak dan keimanan. Ayat di atas dapat juga bermakna: Bukannya menghadapkan wajah kearah timur dan barat yang merupakan semua kebajikan, atau bukannya semua kebajikan merupaka sikap menghadapkan wajah ke timur dan barat. Menghadap ke timur atau ke barat, bukan sesuatu yang sulit, atau membutuhkan perjuangan, tetapi ada tuntutan lain yang membutuhkan perjuangan dan di sanalah kebajikan sejati ditemukan.
Tafsir lebih panjang penjelasannya bukan dari sekedar penerjemahan, tujuan tafsir supaya kita lebih dekat lagi dengan isi kandungan ayat. Agar memudahkan kita untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga betul-betul al-quran sebagai petunjuk. Karena apabila kita tidak memahami isi kandungan al-quran, bagaimana mau menjadikan al-quran sebagai petunjuk, nantik hanya sekadar dibaca saja. Kita tidak ingin al-quran  untuk dibaca  saja akan tetapi bisa untuk dijadikan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Ayat ini dimulai dengan penafsiat penolakan tidaklah kebaikan itu penafikan artinya mungkin ada yang menyakini bahwasanya kebaikan itu bukan hanya sebatas perbalikan kiblat saja.
Dari kalangan orang Yahudi dan Nasrani ketika perintah perpindahan kiblat itu diturunkan kepada Rasulullah supaya berpindah dari baitul makdis ke kabbah di makkah, mereka tidak mau berpindah mereka tetap saja menghadap ke Baitul makdis sampai hari ini mereka menghadap ke Baitul Makdis. Pada hal di dalam kitab suci mereka telah disebutkan bahwasanya Nabi yang terakhir itu memiliki dua kiblat yaitu Baitul Makdis dan Kabbah mereka tahu kebenaran ini  tapi mereka tidak mau mengikutinya karena kedengkian yang ada di dalam hatinya.dan seakan-akan itulah penentu kebenaran, maka mereka sibuk sendiri dengan isu kiblat perpindahan kiblat. Seakan – akan itulah satu-satunya kebenaran pada hal masih ada lagi yang di sebut.
Kebaikan yang sebenarnya adalah kebaikan yang ada beban di dalamnya karena disitulah pembuktian ke imanannya itulah yang membuktikan siapa yang jujur dan siapa yang  bertakwa dan siapa yang tidak. Jadi kata albir di dalam ayat ini memiliki arti yang luas bukan sempit dan bukan hanya sekadar menghadapkan wajah kearah barat dan timur itu tidak. Didalam tafsir albir dikatakan sebagai bentuk seluruh kebaikan. Kalau kita pindah albir menjadi albaru yang artinya daratan. Imam arrozik mengatakan didalam kamusnya mengatakan daratan dikatakan daratan karena ia meluas dan ditepi-tepinya dikelilingi oleh laut dan lain-lain. Dikatakan albir karena kebaikannya diliputi keimanan,ibadah,akhlak. Makna albir yaitu meluaskan dalam berbuat baik.
Kata al-quran memiliki makna yang luas maka apabila diterjemahkan dengan kebaikan maka belum ada apa-apanya tapi apabila diterangkan dengan tafsir barulah tampak bahwa makna albir yaitu makna yang meluas dalam berbuat  kebaikan dan tetapi sebenarnya kebaikan itu ialah kebaikan yang dilakukan oleh orang beriman kepada allah dan hari akhirat. Penambahan kata itu disebut dengan tafsir maka ayat ini berbunyi akan tetapi kebaikan itu ialah kebaikan yang dilakukan oleh orang yang beriman kepada allah, apa yang dibuat oleh orang yang beriman maka itu bukan dikatan kebaikan.
Kebaikan ialah apa-apa saja yang dilakukan bukan karena kemauan sendiri melainkan karena allah akan tetapi kebaikan itu ialah kebaikan yang dilakukan oleh orang yang beriman yang berkaitan dengan apa-apa yang tak mampu dicapai oleh panca indra. Beriman kepada Nabi tidak mampu dicapai oleh indra maka disebut dengan beriman kepada para nabi. Keimanan hanya ada didalam hati dan mesti dibuktikan dengan perbuatan.
Percaya kepada allah, beriman kepada allah maka mesti apa yang diperintahkan oleh allah ikuti, lakukan apa yang allah perintahkan termasuk keluarkan harta mu walaupun itu harta yang kamu sukai. Kebaikan itu bukan hanya sekedar beriman kepada allah, tidak.tapi membuktikan keimanan itu dengan menjalani beban diantara beban adalah mengeluarkan harta yang ia cintai.
Maksud dari mengeluarkan harta disini ialah harta yang telah  ia miliki baru ia mengeluarkannya kalau belum memiliki namun ia telah mengeluarkannya itu tak ada beban apalagi itu bukan harta yang ia miliki yaitu harta rakyat yang ia milikinya kemudian ia kembalikannya ke rakyat itu g ada beban. Yang di katakanya  ada beban yaitu harta yang dapat dari gaji kita sendiri itu baru harta kita sendiri dan kita keluarkan untuk rakyat itu baru yang dikatakan beban.yang ia keluarkan itu hanya untuk allah maka itu adalah kebaikan.
Kepada siapa  harta itu diberikan yaitu kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil yaitu orang dalam perjalanan,orang yang meminta-minta dan hamba saja. Kebaikan itu bukan hanya saja beriman kepada  allah akan tetapi beribadah dan mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat( harta yang wajib dikeluarkan).
Analisi  Tafsir Ayat 177
 Dalam surat al-baqarah ayat 177  adalah ketika Allah memerintahkan kepada orang mukmin pada awalnya untuk menghadap ke Baitul Maqdish kemudian Allah memindahnya ke arah Ka’bah, sehingga hal ini memberatkan hati atau jiwa satu kelompok ahli kitab dan sebagian muslimin. Maka Allah menurunkan ayat ini dengan menjelaskan hikmah dari semua itu adalah bahwa yang dimaksud dengan kebajikan adalah apa yang disyari’atkan oleh Allah swt. yakni kebajikan, ketakwaan dan iman yang sempurna. Kebajikan bukanlah hanya penghadapan ke timur ataupun kebarat. Dan tidak ada ketaatan jika tidak ada perintah Allah dan syari’atNya.
Lalu apakah yang dimaksud dengan kebajikan yang terkandung dalam QS. Al- Baqarah ayat 177? Dibawah ini akan dibahas apa saja yang dimaksud dengan kebajikan yang terkandung dalam Qs. Al Baqarah ayat 177.
Adapun kebajikan yang pertama adalah iman. Yakni orang yang beriman kepada Allah, iman kepada hari akhir, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab dan iman kepada Nabi. seseorang yang tersifati dengan ayat ini maka ia masuk pada kejelasan Islam, dan ia juga mengambil kumpulan-kumpulan kebaikan. Yakni ia beriman kepada Allah dengan meyakini bahwa tiada tuhan selain Dia, membenarkan adanya malaikat yang menjadi pelayan Allah dan RasulNya.
Kebajikan yang kedua adalah beramal dengan harta yang dicintai. Dikarenakan, mayoritas manusia ketika memberikan sesuatu pada orang lain itu setelah ia merasa tidak suka pada sesuatu itu. Oleh karena itu, Allah memberikan penghargaan bagi orang yang beramal dengan harta yang ia cintai dengan mengkategorikan sebagai pelaku kebajikan. Dalam firman Allah yang lain diterangkan bahwa kita tidak akan memperoleh kebajikan sehingga kita menafkahkan barang yang kita cintai. Yakni QS. Ali Imran 120
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sehingga kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai.”
Pada kebajikan kedua, terdapat objek penerima harta. Diantaranya adalah sebagai berikut : Allah mendahulukan karib kerabat yang harus diberikan bantuan. Karena seseorang yang memberikan bantuan kepada karib kerabatnya itu lebih baik dibandingkan dengan orang yang memberikan shadaqah pada orang lain. Sabda nabi SAW yang artinya :
shadaqah terhadap orang miskin itu hanya mendapat pahala shadaqah, sedangkan terhadap kerabat mendapat dua pahala yakni shadaqah dan silaturrahim. Mereka adalah seutama-utamanya manusia atasmu, bekahmu dan pemberianmu.
Objek selanjutnya adalah anak yatim. Yatim adalah orang yang mempunyai seseorang yang menanggungnya, yakni ayahnya meninggal ketika masih kecil dan ia belum bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga orang seperti juga memerlukan belas kasihan dari orang yang mampu. Selanjutnya adalah orang-orang miskin, ibnu sabil, orang-orang yang meminta-minta. Perlu diingat ketika ada orang yang meminta-minta kepada maka jangan sampai kita membentaknya, hal ini bertentangan yag telah difirmankan Allah SWT dalam QS. Ad Duha ayat 10 :
وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَر
Dan adapun orang yang meminta maka janganlah kamu membentaknya.”
Kebajikan yang ketiga adalah mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Allah mengategorikan mendirikan shalat sebagai sebuah kebajikan dengan syarat shalat tersebut dilakukan dengan sempurna. Baik waktu pelaksanaannya maupun gerakannya. Sedangkan menunaikan zakat dalam tafsir ibnu katsir dimaknai dengan dua makna. Makna yang pertama adalah bahwa yang dimaksud dengan zakat adalah membersihkan jiwa dan pemurniannya dari akhlak yang hina. Dan makna yang kedua, bahwa yang dimaksud dengan zakat adalah zakat mal.
Kebajikan yang keempat adalah menepati janji. Ini merupakan kebalikan dari sifat – sifat orang munafik. Dalam hadis diterangkan sebagai berikut :
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ(رواه الترمذي)
Kebajikan yang kelima adalah sabar dalam keadaan yang sempit dan sengsara. Yakni hidup dalam keadaan fakir dan sakit. Seringkali kita jumpai seseorang yang mendapatkan penderitaan yang kecil ia langsung mengeluh, dan putus asa pada Allah. Ia lupa bahwa penderitaan yang menimpa dia hanyalah ujian belaka. Ketika kita bersabar atas penderitaan yang kita hadapi maka kita akan termasuk golongan orang melakukan kebajikan yang sejati.
kesimpulannya
Allah menutup ayat di atas dengan mengkhabarkan bahwa kebajikan yang yang telah diuraikan diatas merupakan sifat-sifat orang yang membenarkan iman mereka, bahwasanya mereka itu mengimani dengan hati, perbuatan dan ucapan. Yakni mereka adalah orang –orang yang bertaqwa. Dimana mereka takut dari melakukan-lakuan hal-hal yang haram dan mereka itu melakukan ketaatan pada Allah dengan mengerjakan kebajikan-kebajikan yang telah tersebut dalam ayat di atas.s
Pelajaran yang dapat diambil adalah : bahwa yang dimaksud dengan kebajikan bukanlah hanya menghadapkan wajah kita ke arah yang diperintahkan namun yang terpenting kita adalah meyakini dan mengamalkan apa yang diperintahkan dengan keimanan dan ketaqwaan. Cirri-ciri orang yang bertaqwa aalah mereka itu beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, nabi dan kitabNya. Memberikan harta yang dicintainya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji dan bersabar dalam keadaan yang sempit dan sengsara. Bersabar dalam menjalankan perintah Allah serta bersabar atas cobaan yang diberikan Allah merupakan suatu perbuatan yang sangat mulia.
Agama Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan akhlak umatnya, karena kesabaran dalam menjalankan perintah Allah merupakan suatu akhlak yang diajarkan dalam Islam.Menempati janji merupakan perkara yang tidak mudah untuk dilakukan. Namun seseorang yang menepati janjinya ia akan mendapatkan kebaikan dari Allah.
Dalam ayat 177 surat al-Baqarah ini Allah memuji kaum muslim yang bersikap jujur dalam semua perbuatan dan ucapan. Setelah perintah Allah terlaksana dengan baik dan benar tentang semua perbuatan mengenai kebaikan tersebut, maka seseorang telah mencapai derajat taqwa yang sempurna.

Do’a penutup

رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ .رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ                                                              






1 komentar: